Wednesday, 9 February 2011

percakapan PTT

Saya tidak tahu pastinya kapan program PTT (Pegawai Tidak Tetap) itu sudah tidak wajib lagi bagi dokter, tapi tampaknya di lapangan, dokter-dokter post PTT mendapatkan 'kemudahan' waktu PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis). Saya sendiri sudah menanyakan langsung ke sumber-sumber yang dapat dipercaya, ada beberapa bagian di beberapa Universitas di Indonesia ini yang mensyaratkan post-PTT dalam Program Pendidikan Dokter Spesialisnya, walaupun dalam syarat kalimatnya samar berbunyi  "sudah mempunyai pengalaman klinis minimal 1 tahun".

Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak surat lamaran yang saya kirim ke klinik-klinik maupun RS disekitar Jakarta ini, kalaupun saya ditelpon atau diminta datang untuk wawancara, hampir selalu diberi pertanyaan "sudah PTT dok? apa lupa mencantumkan pengalaman PTT di CV dok?" dan yang sejenisnyalah, setelah saya jawab "saya memang tidak mengambil program PTT" setelah itu, biasanya tidak diproses lebih lanjut, atau ditawarkan pekerjaan 'berbau' menejemen maupun administrasi. Menurut pengamatan saya, teman-teman saya didaerah memang lebih gampang mendapatkan pekerjaan, mungkin karena kebutuhan dokter di daerah masih tinggi dibanding Jakarta (ya ialah...). Kalau diberi pilihan saya dengan suami juga ga mau tinggal di Jakarta, kami berdua terlalu konservatif dan membosankan untuk sebuah kota metropolitan. Tapi, ya apa daya, pekerjaan untuk suami saya cuman ada di ibu kota ini.

Sebelum menikah saya sudah punya rencana bujangan yang sesuai pakem : kuliah-koas-dokter-ptt-ppds-pns. Setelah menikah polanya menjadi kuliah-koas-dokter-??? :p
Saya tidak sedang menyalahkan pernikahan saya, saya hanya tidak berpikir akan segini susahnya mencari pekerjaan dengan embel embel tinggal di ibu kota, dan sudah punya suami.

Setelah mengumpulkan begitu banyak informasi tentang PTT dokter, baik dari bantuan mr.google sampai ngobrol langsung dengan teman-teman, senior dan seniorita yang sedang atau sudah PTT-saya bertemu dengan seorang senior didunia maya yang menyarankan untuk 'membawa' suami saya ikut PTT, katanya kan cuman setahun ini, karena waktu dulupun dia melakukan hal yang sama, toh 1 tahun (kalau ngambil daerah Terpencil) akan cepat berlalu, setelah itu banyak keuntungan yang saya dapatkan.
Entah kebetulan atau tidak, setelah ngobrol dengan seorang mantan teman kos saya waktu koas dulu, dia menawarkan untuk datang ke daerah PTTnya yang termasuk kategori Terpencil dengan sarana sinyal yang amat sangat baik, air dan listrik yang lancar tentunya; untuk diperkenalkan kepada yang akan memberi rekomendasi (denger-denger, surat rekomendasi dari petinggi daerah setempat ini 'sakti' sekali meluluskan dokter dalam program PTT). Dengan semangat 45 karena jalan menuju PTT yang makin terbuka, saya mengirim SMS ke suami saya yang sedang mencari nafkah. Eh btw,n.b: saya PD PD aja ngajakin suami saya ngikut PTT ntar selama itu dianya ga kerja, percayalah, my husband, he's awesome, dengan prestasinya dia bisa dengan mudah mendapat pekerjaan kembali. Dan, suami saya, dia pria yang dengan senang hati dan tulus mendukung saya demi karir saya nantinya.

Me: ben, aq mendaftar PTT yah? ya ntar kamu ngikut, 1th doang okaayyyh?? (ini ngetik sms nya dengan semangat 45 membara)

Husband: Hm.. ntar bayar utangnya pakai apa?

------sms balesan tersebut menyadarkan saya bahwa kami masih punya kewajiban atas cicilan rumah dan mobil yang hanya bisa dicicil dengan gaji suami saya; dengan hanya mengandalkan gaji dokter PTT?? ga mungkin-----

Me: pakai.... daun... hehehehe.... ya udah ga jadi






Info PTT :

6 comments:

  1. just want to greet you! and you hv a nice blog.
    mind to follow me? i'll follow u back then^^
    http://pramuditapuspitatemi.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. hahahha :)) nda jadi PTT dong kak :)

    ReplyDelete
  3. Kalau memang punya keinginan mungkin bisa pisah dulu selama setahun dengan suami... Di tempat saya bekerja dulu begitu, karena keinginan untuk mendapatkan "selembar surat tanda pernah PTT" sang dokter PTT di Manado dan suami kerja di Jakarta... Toh seperti kata sis, setahun kan ngga terlalu lama??? Mungkin itu salah satu solusi terbaik yang bisa saya berikan

    ReplyDelete
  4. trimakasih masukannya, ada 2 tipe suami di dunia ini :
    yang 1. yang bisa ditinggal istri;
    yang ke 2. yang ga bisa ditinggal istri
    Tampaknya suami saya itu yang tipe ke 2, qt kan cuman ber2 nih disini, tanpa pembantu, jadi semua aq yg ngurus, ditinggal seminar 2 hari saja makannya indomie n telor ceplok hahahaha... ga tega saya bro'

    ReplyDelete
  5. Lonely as a cloud

    What shall we sing, my friends?
    In what shall we rejoice?
    There alone our song lives,
    Where our ancestors were born.
    On Earth, where they lived...
    I suffer here on Earth...
    He who gives life conceals


    thanks.

    ReplyDelete