Wednesday, 30 March 2011

Me, talk about having baby

 Visit the pic's source and u'll see some beautiful pictures "Inside Womb"
Kemarin saya dapat pesan singkat dari seorang sahabat berupa informasi treatment gagal hamil...
Saya sangat bersyukur atas seorang sahabat yang begitu perhatian, tapi di satu sisi jadi agak kepikiran juga, jadi merasa bersalah membuat orang-orang kalang kabut memikirkan solusi bagaimana saya bisa segera isi. Padahal saya ma suami memang niat menunda kehamilan sampai beberapa tahun kedepan. Bukan hanya sahabat, bahkan orang tua saya sendiri suka rese nyuruh periksa ini itu, dan nyuruh segera punya momongan... bahkan ada beberapa teman kalau saya bilang memang lagi program nunda malah di bilang ngapain kawin kalo gitu?!! galak amat yah... =.= emang ada yang salah yah dengan menunda kehamilan?

Saya merasa alasan untuk menikah bisa dipisahkan dengan alasan untuk punya anak, kedua-duanya adalah bentuk komitmen yang dibuat berdasarkan pikiran matang. Ada banyak pasangan didunia ini menikah dan sudah siap punya anak, ada juga yang menikah tapi belum siap untuk komitmen membesarkan anak, saya rasa tidak ada yang salah dengan kedua-duanya.

Saya menikah diumur muda, 23 tahun, saya menikah dengan pikiran dewasa saya siap dengan komitmen pernikahan itu sendiri dan saya yakin-seyakin yakinnya tidak ada lagi pria didunia ini  seperti suami saya yang sedemikian berharganya, mencintai saya, dan punya tujuan yang sama untuk menjaga komitmen pernikahan yang mulai terkikis oleh jaman. (aww... ). Fyi my hubby is 8 yrs older than me.
Tapi, saya (dan suami tentunya) merasa belum siap untuk punya anak. Kami ingin punya keturunan disaat kami sudah siap, saya tidak tahu bagaimana cara pasangan lainnya yang bisa punya anak, sambil nyicil rumah, nyicil mobil, berkarir, punya pembantu, punya baby sitter... biasanya sih alasannya satu... they are financially settled. Makanya kami sedang mempersiapkan itu, apalagi saya punya impian-impian yang masih ingin saya kejar, saya rasa tidak adil waktu anak baik secara kualitas dan kuantitas harus dikorbankan untuk masa depan yang belum jelas bagaimana.
Untuk itulah kami memilih memberikan kesempatan mengejar impian kami, punya waktu berdua lebih banyak, dan menata karir, disaat nanti secara finansial  lebih siap, dan kedua-duanya lebih siap dengan komitmen matang membesarkan anak (baca: dari segi waktu, emosi, dan mental), kami pasti akan memulai program "punya keturunan" itu.

Terima kasih atas segala bentuk perhatiannya teman, saudara, terutama orang tua...