Tuesday, 15 March 2011

DOKTER GADUNGAN

Seperti biasa, disaat wara wiri di world wide web dapet artikel menarik wajib dibaca, tangan saya gatel banget ingin c-paste, mohon maaf kepada yang tidak berkenan yah ^.^v *peace!

ini nih foto dokter gadungannya. sumber foto.

KORBAN dokter gadungan Suwarta ternyata tak hanya sekira seribu warga Sangatta, Kutai Timur (Kutim). Lelaki pengangguran itu pernah menjadi dokter gadungan di RS Gunung Sawo, Temanggung, Jawa Tengah pada 2008-2009 lalu. Saat itu, Suwarta menggunakan nama Susanto. Suwarta juga diduga menjadi dokter gadungan di Kandangan, Kalimantan Selatan (Kalsel)  dan sedang dalam proses penyelidikan.
Beberapa fakta itu disampaikan oleh Kapolres Kutim AKBP Prasojo Wibowo didampingi oleh Kasat Reskrim AKP Sugeng Subagyo.
“Jadi, kami sudah menghubungi Polres Temanggung dan mereka membenarkan sedang melakukan penyidikan atas kasus dokter gadungan dengan nama Susanto. Saat dicek fotonya, ternyata Suwarta adalah Susanto,” kata Prasojo.
Saat di RS Gunung Sawo itulah, Suwarta bersama dengan dr Eko Adhi Pangarsa. Kemungkinan besar, beberapa berkas Eko dicuri oleh Suwarta dan kemudian digunakannya untuk memuluskan langkahnya menjadi dokter gadungan di beberapa tempat.
Seperti diberitakan sebelumnya, ketika masuk ke dua rumah sakit swasta di Sangatta, Suwarta menggunakan nama Eko Adhi Pangarsa, sebagai dokter ahli penyakit dalam.
Dia mengaku sebagai dokter gadungan bermula ketika menemukan fotokopi ijazah dr Eko Adhi Pangarsa dari pemulung. Fotokopi ijazah itu kemudian diganti fotonya. “Modal saja fotokopi ijazah itu,” katanya. Di Sangatta pun, Suwarta sudah memiliki KTP atas nama dr Eko Adhi Pangarsa. Dia sendiri mengaku lulusan SMA 1 Temanggung, dan belajar ilmu kedokteran dari internet. Polres Kutim yang sekarang memprosesnya menduga selama praktik di Sangatta, Suwarta telah melayani 1.000 pasien.
“Kami juga cek ke SMA I Temanggung. Tidak ada lulusan yang bernama Suwarta. Pengakuan tersangka selama ini banyak yang tidak benar,” tegas Prasojo. Itu sebabnya, polisi terus mendalami beberapa kemungkinan dan fakta-fakta baru.
Dikatakan, Suwarta melarikan diri dari RS Gunung Sawo karena terus didesak untuk menunjukkan Surat Tanda Register (STR) dokter yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Hanya 3 bulan Suwarta berada di RS Gunung Sawo. Di rumah sakit ini, Suwarta yang berganti nama menjadi Susanto mengaku dokter umum.
Selain di Temanggung, diduga juga ada kasus di Grobogan, Jawa Tengah. Polres Kutim sudah melakukan konfirmasi di PMI Grobogan. Di sana juga ada kasus atas nama dr Susanto. Orangnya juga sama dengan Suwarta. Jika tidak terungkap di Kutim, Suwarta pun sudah siap untuk memulai petualangan baru di Palangka Raya, Kalteng.
Untuk kasus yang ditangani oleh Polres Kandangan, Polres Kutim juga sedang melakukan koordinasi. Polres Kandangan juga mengakui sedang menangani kasus dokter gadungan. “Sedang diteliti berkasnya. Apakah sama tersangka di sana dengan di Kutim,” ujarnya.

MINTA MAAF
Dua rumah sakit yang mempekerjakan dokter gadungan Suwarta, Sangatta Occupational Health Clinic (SOHC) dan Rumah Sakit Prima Sangatta (RSPS) mengaku kecolongan. Kedua rumah sakit swasta itu pun meminta maaf kepada pasien yang pernah ditangani “dr Eko Adhi Pangarsa”.
Ditemani dengan oleh Ketua IDI Kutim dr Bahrani dan Kepala Dinas Kesehatan Kutim Marthen Luther, pemilik RSPS Sulaiman dan Direktur SOHC Uce Prasetya menyampaikan keterangan kepada wartawan. “Kami meminta maaf kepada seluruh pasien yang pernah ditangani oleh dokter gadungan ini,” kata Uce.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban moral, pihak SOHC akan memfasilitasi seluruh pasien yang pernah ditangani oleh Suwarta untuk melakukan pengecekan di dokter spesialis penyakit dalam yang ada di Kutim. “Kami persilakan. Kami yang akan fasilitasi,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh pemilik RSPS Sulaiman. Ia juga meminta maaf atas kejadian ini. RSPS juga akan memberikan fasilitas kepada seluruh pasien yang pernah ditangani Suwarta. Saat ini, di RSPS sudah siap dokter ahli penyakit dalam yang baru selesai sekolah.
“Kami minta maaf. Kami juga akan fasilitasi pasien yang pernah konsultasi atau ditangani Suwarta,” kata Sulaiman.
Kedua rumah sakit yang merasa tertipu oleh Suwarta itu pun mengadu ke Polres Kutim.
Saat mengajukan lamaran sebagai dokter di SOHC, Suwarta menggunakan dokumen palsu. “Ya. Kami adalah korban penipuan. Kami akan lapor polisi,” tegas Uce.

SUDAH CURIGA
Sejumlah pihak sudah mengaku curiga dengan sepak terjang Suwarta. Hal itu diungkapkan Ketua IDI Kutim Bahrani. Pasalnya, diagnosa dan cara pengobatan Suwarta agak berbeda. Bahkan, sebenarnya, manajemen SOHC sudah akan memutus hubungan kerja dengan Suwarta dengan beberapa pertimbangan.
Kepada Kaltim Post, Bahrani mengungkapkan, sudah beberapa bulan terakhir ia mendapatkan laporan dari dokter serta perawat di dua rumah sakit. Suwarta dalam memberi pelayanan ke pasien di luar kelaziman sebagai dokter ahli penyakit dalam. “Kami sudah curiga. Akan tetapi, kami tidak menduga dia dokter gadungan. Kami kira dia bodoh saja,” kata Bahrani.
Beberapa keanehan praktik Suwarta adalah dari caranya menuliskan resep yang tidak lazim, kemudian cara melayani pasien, terus resep yang diberikan kebanyakan hanya berupa obat biasa dan vitamin.
Keanehan itu tidak ditindaklanjuti karena diduga Suwarta masih canggung menjalani profesinya. Pasalnya, saat melamar masuk ke SOHC, Suwarta mengaku pernah menjabat sebagai direktur sebuah rumah sakit di Semarang, Jateng. Karena lama tidak memegang pasien, diduga Suwarta kehilangan sentuhan. Saat melamar, dokumen Suwarta sangat lengkap dan meyakinkan.
Kedok Suwarta terungkap setelah teman Eko Adhi Pangarsa semasa kuliah di Universitas Diponegoro Semarang, dr Yuli mendengar kabar keberadaan Eko di Sangatta. Padahal, Yuli tahu bahwa Eko saat ini menjadi dosen di Universitas Diponegoro.
Dari kecurigaan itulah Yuli melapor ke Polda Kaltim dan diteruskan ke Polres Kutim. Di bagian lain, Bahrani terus melakukan komunikasi dengan Eko Adhi Pangarsa. Begitu diyakini bahwa Suwarta adalah dokter gadungan, laporan kembali disampaikan ke Polres Kutim. “Malam itu sebelum diamankan, kami berjaga-jaga agar Suwarta tidak melarikan diri,” tandas Bahrani.

AKAN SOMASI
Sejumlah pasien yang sempat ditangani Suwarta akan mengajukan somasi ke pihak rumah sakit. Pasalnya, pasien merasa sangat dirugikan. Pelayanan kesehatan tidak didapatkan, sementara mereka sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Salah satu pasien yang akan melakukan somasi adalah Sayid Sulaiman Alaydrus alias Icung. Istrinya adalah korban diagnosa yang salah.
Diceritakan Icung, awal September ia ke RSPS mengantarkan istrinya yang mengeluh sakit di perut. Diagnosa Suwarta, istri Icung menderita asam lambung akut.
“Tapi,ketika dicek di Samarinda, ternyata kista. Ada daging di luar kandungan. Untung saya memeriksakan istri di Samarinda jadi tahu penyakitnya,” kata Icung. Tak lama setelah diagnosa itu, dilakukan operasi pengangkatan kista.
Sumber: Kaltim Post
.
Sampe speechless ngebacanya, ni mas-mas ini terobsesi sama Frank Abagnale Jr yang aksi penyamarannya pernah difilmkan denga judul Catch Me If You Can, diperankan oleh Leonardo Dicaprio kali yah??.
Yang herannya kok bisa yah rumah sakitnya kecolongan? Kan kalo mau kerja ada tahap wawancaranya, juga ada kelengkapan berkas-berkas yang harus dipenuhi. Trus sudah tau bego, kok masih tetap diperkerjakan?
Yah, apapunlah alasannya, kasian banget pasien-pasien yang sudah jadi korban dokter gadungan ini, semoga mendapatkan hukuman yang setimpal dipengadilan nanti.

3 comments:

  1. Biarpun berkasnya lengkap, mestinya di ijazah n transkrip nilai hrs ada legalisirnya, biar sah. Artinya RS nya sembrono juga, main terima saja.

    ReplyDelete
  2. ya ampun.. speechless aku :I
    kesel juga, sih tapi biarlah biar jadi pelajaran, semoga lebih baik nanti, amen..
    btw, jadi keingetan dokter gadungan yg operasi mantan binaraga. si mantan binaraga itu dadanya diisi silikon buat payudara buatan gitu, hahaha..
    ada2 aja ya obsesi orang -__-"

    ReplyDelete
  3. Saya kira disamping karena ada niat dari pelaku juga karena dokter apalagi spesialis adalah profesi yg sangat dibutuhkan sedang jumlahnya sedikit sekali maka rumah sakit langsung terima aja begitu berkas masuk lamaran masuk tanpa cross chek. Untuk sekolah spesialis mahal banget sih. Juga mestinya rumah sakit bisa dihukum karena memperkerjakan dokter tanpa str dari konsil kedokteran dan sip dari dinkes, pasien bisa menuntut rumah sakit berdasar uu praktik kedokteran yang ada. Kayaknya akan berlanjut deh...kita lihat saja.

    ReplyDelete