Friday, 15 April 2011

Di pagi yang sunyi

Kekasih,
beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, tekanan darahku pun hampir tidak pernah normal walau sudah kudoping dengan obat hipertensi kombinasi.
Hubungan jarak jauh memang bukan hal yang baru buat kita berdua, bahkan di masa pacaran kita hidup di dua sisi bumi yang berbeda. Tapi, melakukannya sekali lagi tidak membuatnya menjadi lebih mudah.
Aku tidak tahu mana yang ingin kusalahkan, garis keturunan yang tidak berpengaruh untuk membuatku "mendapatkan tempat" di ibu kota ini, diskriminasi agama yang membuatnya lebih sulit, paling tidak menurut salah satu sahabatku, aq menang satu poin, aku tidak berkulit putih dan mata sipit. Sistem "kerajaan" di bidang aku bersekolahpun semakin membuatku sulit mendapatkan tempat. Salah satu sahabatku nyeletuk "kenapa tidak sedikit diluar kota saja? paling tidak masih bisa lebih sering pulang daripada harus mengabdi di luar pulau? Dan semua yang negatif itu masih sekedar isu murahan" Aku juga harus realistis, tidak mungkin mencari pekerjaan yang hasilnya tidak mencukupi ongkos transportasiku, apalagi aku menghindar tugas dengan lama kerja lebih dari 24 jam dimana konsentrasi sudah menurun jauh, kupikir... disaat keluarga kubawa ke untuk mendapatkan pelayanan dokter, tentu aku menuntut pelayanan sebaik mungkin. Aku tidak tahu entah bagaimana peraturan di Indonesia ini begitu mengkhawatirkan, tidak ada manusia yang bisa berkonsentrasi penuh dalam 24 jam, apalagi lebih. 
Ada beberapa rumah sakit swasta besar yang menyadarinya, dan ikut arus negara barat dengan membagi shift dokter menjadi 3, jadi masing-masing mendapatkan 8 jam, baik bukan? Di klinik kecil memang sulit untuk diterapkan berhubung penghasilan dokter memang tidak besar, ya tidak besar, apalagi di kota besar. Aku memutuskan untuk mengikuti program PTT yang kemudian aku harapkan bisa membuka peluangku untuk berkarir maupun bersekolah. 
Kekasih, bukankah kamu mengajarkan bagaimana aku sebaiknya punya "sabuk pengaman" sendiri? Bagaimana mendukungnya kamu terhadap emansipasi wanita? Aku ingin punya "sabuk pengaman" sendiri, dan aku pun ingin berkarya di dunia ini.
Aku ingin Tuhan selalu mengajariku, mengingatkanku menghitung hari-hari, kalau dipikir-pikir aku hanya ingin memilih menghabiskannya denganmu, tidak ingin kemana-mana. Kemudian kurenungkan lebih lama, sering kali kau tanyakan sebenarnya apa yang ingin kulakukan? jawabannya tetap sama, aku ingin mendapingimu titik. Namun kebutuhan-kebutuhan duniawi menuntutku keluar, kebutuhan harga diri sebagai wanita mandiri mendampingiku melangkah, perjanjian yang kita buat yang seharusnya "formalitas" demi kepentingan usaha dimasa depan dalam pelaksanaannya menjadi benda tajam yang menohok didalam sini, setidaknya itu yang kurasa.
Kekasih, ada kata bijak “It’s impossible to find someone who won’t hurt you, so go for the person worth the pain.” :)

Bagi yang belum pernah terpisahkan entah oleh alasan apa berpendapat satu tahun waktu yang lama, bagi yang sudah akan mengatakan satu tahun akan cepat berlalu. Begitu banyak sahabat, teman, keluarga, kerabat yang harus terpisahkan jarak bahkan waktu karena tuntutan pekerjaan dan sekolah. Jadi, sebenarnya hubungan jarak jauh bukan sesuatu yang asing dan aneh lagi di lingkungan kita berdua, banyak orang yang kita kenal pernah atau sedang melakukannya. Aku berharap satu tahun akan cepat berlalu. Banyak orang yang pergi dengan perasaan takut akan komitmen pernikahan (baca:kesetiaan) yang akan dihadapi, tapi satu hal yang pasti dan meringankan langkahku, kamu tidak membuatku khawatir akan itu, dan terimakasih untuk menjadi pribadi yang demikian.

Kekasih, tolong jaga kesehatanmu, menyetirlah dengan hati-hati, jangan terlalu giat bekerja, toh ajaran kita iman percaya yang menyelamatkan, bukan harta berlimpah, lebih seringlah ngambil cuti dan kunjungi aku :) Mungkin di jadwal yang lenggang kita bisa mencuri waktu berakhir pekan di Bintan atau negara tetangga? ^^ Aku akan mempergunakan tiap kesempatan yang ada untuk pulang, tidak tenang rasanya mengingat baju-baju kerjamu yang kotor menumpuk, isi dapur dipenuhi makanan instan, dan sapu yang mungkin bisa menghilang entah kemana... Aku selalu berdoa, semoga Tuhan memberi kita berdua umur panjang, memberi waktu dan kesempatan yang lebih lama lagi menjalani fungsi keluarga ini di satu tempat, satu rumah, aku ingin mengganti semua waktu yang hilang nanti. 

Aku ingin mengungkapkan apa yang ada untuk mengurangi rasa sesak di dada, tapi ternyata, menuangkannya di tulisan juga tidak cukup membantu. Kekasih, aku harap kamu tahu, sekali lagi, sebenarnya betapa berat kaki ini melangkah

Je t'aime

4 comments:

  1. Pernah berpisah dengan suami selama tiga setengah tahun. Bisa merasakan yang grace ungkapkan. Believe me, time flies ... just be strong, you are tougher than you think you are.

    ReplyDelete
  2. hai kak, saya peny dari penydamanik.blogspot.com salam kenal :)
    wah baru baca bognya kakak,
    ternyata kakak dokter ya,
    hwa saya lagi ngebet banget pengen masuk fk.

    ReplyDelete
  3. @miya : makasih miyaa... ini krn bawa beban jadi lebih berat, belum ikhlas aja, semoga waktu akan mengajarkan, dan semoga masih diberi waktu sama yang Empunya. Selamat memperingati Paskah

    @peny:^^ hehehehe... semoga sukses peny, fokus aja, minta tuntunan Tuhan, di blog ini banyak yang dokter juga kok, bisa kenalan, mba miya diatas juga :) Selamat memperingati Paskah

    ReplyDelete
  4. @mba miya : salam kenal mbak, blognya nice :)
    @mba grace : iya mbak, semoga tahun ini Tuhan izinkan bisa masuk fk ^^ biar bisa spt mbak2 dokter...hehe

    ReplyDelete